TAHAP-TAHAP BIMBINGAN KELOMPOK DAN
KONSELING KELOMPOK
A.
Tahap Pembentukan
Tahap
ini merupakan tahap pengenalan dan penjajakan, dimana para peserta
diharapkan dapat lebih terbuka menyampaikan harapan keinginan dan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota. Penampilan pemimpin kelompok
pada tahap ini hendaknya benar-benar bisa meyakinkan anggota kelompok sebagai
orang yang bisa dan bersedia membantu anggota kelompok mencapai tujuan yang
diharapkan (Prayitno, 1995:41)
Dalam
memulai pembentukan kelompok perlu adanya perencanaan yang matang. Oleh karena
itu keberhasilan kelompok yang dibentuk tidak terlepas dari perencanaan dan
pelaksanaan konseling kelompok itu sendiri. Berbagai ahli telah mengenali
tahap-tahap perkembangan itu. Mereka memakai istilah yang kadang-kadang berbeda
namun pada dasarnya mempunyai isi yang sama.
Beberapa
tahapan dalam pembentukan kelompok adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan alasan-alasan
pembentukan kelompok.
Alasan
yang jelas dan terarah merupakan kunci yang paling penting dalam merencanakan
pembentukan suatu kelompok.
2. Adanya konsep teori yang jelas yang
mendasari pembentukan suatu kelompok.
Sebagai
layanan profesional, dalam bimbingan dan konseling kelompokperlu adanya batasan
dan kekuatan untuk membentuk suatu kelompok. Waldo (1985) mengungkapkan konsep
teorinya melalui I / We /It. “I” sebagai individual yaitu interpersonal yang
difokuskan pada kepercayaan, sikap dan perasaan tentang dirinya. “We” sebagai
interpersonal yang menyangkut hubungan antara anggota kelompok. “It” sebagai
dimensi ekstrapersonal yang menyangkut isu-isu, tugas-tugas atau menyangkut
kelompok.
3. Mempertimbangkan kondisi kehidupan
sehari-hari
Pembentukan
suatu kelompok perlu mempertimbangkan hal-hal yang sifatnya spesifik, konkrit,
dan tujuannya praktis serta prosedural. Pemimpin kelompok harus sensitif
terhadap kondisi realita agar dapat mencegah reaksi-reaksi negatif dari para
anggota kelompok.
4. Mempublikasikan kelompok umtuk
mendapatkan anggota kelompok yang potensial yang mau bergabung diperlukan
publikasi kelompok agar diketahui secara umum.
Pemimpin kelompok yang pandai
melakukan pendekatan dengan memperkenalkan diri secara terbuka, menjelaskan
prosesnya sebagai pemimpin kelompok dengan menggunakan komunikasi yang hangat
dan bersahabat akan lebih mudah diterima oleh anggota dalam menjalankan
kegiatan kelompok.
Pemimpin kelompok dalam tahap ini
diharapkan juga harus pandai membaca situasi. Mungkin saja dalam situasi
pembentukan ini keakraban dan keterikatan anggota kelompok belum terjalin. Bisa
saja antara anggota yang satu dengan yang lainnya belum saling kenal mengenal.
Apabila keadaan seperti yang
dikemukakan di atas memang dirasakan terjadi dalam kelompok, maka tugas
pemimpin kelompok adalah membina suasana keakraban dan merangsang keterlibatan
anggota dengan menumbuhkan semangat kebersamaan perasaan sekelompok. Bila masih
dirasakan anggota kelompok masih enggan memikul tugas atau tanggung jawab, atau
masih terjadi kebekuan suasana, maka pemimpin kelompok harus dapat merangsang
dan mengarahkan anggota kelompok. Misalnya dengan menggunakan pertanyaan yang
menyenangkan atau melalui permainan kelompok.
Berikut ini dikemukakan
langkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam tahap
pembentukan:
1) Menerima secara terbuka dan
mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan kesediaan anggota kelompok
melaksanakan kegiatan.
2) Berdoa secara bersama, sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok atau
konseling kelompok (disesuaikan dengan kegiatan apa yang direncanakan).
3) Menjelaskan tujuan bimbingan
kelompok atau konseling kelompok.
4) Menjelaskan cara pelaksanaan
bimbingan kelompok atau konseling kelompok.
5) Menjelaskan asas-asas bimbingan dan
konseling yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan,
kenormatifan.
6) Melaksanakan perkenalan
dilanjutkan dengan permainan pengakraban.
B.
Tahap Peralihan atau Transisi
Tahap transisi adalah suatu tahap
setelah proses pembentukan dan sebelum tahap kerja kelompok. Dalam kelompok yang
diperkirakan berakhir 12-15 sesi, tahap transisi terjadi pada sesi kedua atau
ketiga dan biasanya berlangsung satu samapai tiga pertemuan. Tahap ini terdiri
dari dua bagian proses yang ditandai dengan ekspresi, sejumlah emosi dan
interaksi anggota. Tahap transisi dimulai dengan periode kekacauan (storming)
ada beberapa hal yang menjadi karakteristik dari storming yaitu berkaitan
dengan hubungan antar teman, perlawanan, dan pemrosesan antar tugas, norma dan
norming, ada perbedaan sekaligus hubungan antara konsep norma dan norming,
norma adalah harapan-harapan tentang perilaku anggota kelompok yang harus atau
tidak harus dilakukan.
Fungsi norma kelompok adalah untuk
mengatur penampilan kelompok sebagi unit yang terorganisir dan mengarahkannya
dalam tujuan-tujuannya. Norming adalah perasaan akan “kekitaan”, identitas,
kekelompokan, kesatuan yang muncul ketika individu-individu merasa sebagai
anggota suatu asosiasi atau organisasi yang besar dari dirinya.
Secara operasional hakikat tahap ini
merupakan transisi antara tahap pembentukan dengan tahap kegiatan. Pada tahap
ini pemimpin kelompok sekali lagi harus jeli dalam melihat dan membaca situasi.
Apabila masih terlihat gejala-gejala penolakan, rasa enggan, salah paham,
kurang bersemangat dalam melaksanakan kegiatan maka pemimpin kelompok tidak
boleh binggung, apalagi berputus asa.
Menghadapi keadaan seperti di atas
pemimpin kelompok hendaknya memiliki kepekaan yang tinggi melalui penghayatan
indera dan penghayatan rasa. Tugas pemimpin kelompok menghadapi situasi seperti
itu mendorong anggota kelompok secara sukarela membuka diri untuk mengikuti
kegiatan kelompok. Penampilan pemimpin kelompok yang menggambarkan sikap yang
tulus, wajar, hormat, hangat dan empati akan sangat membantu mencairkan suasana
menuju tahap kegiatan (Pryitno, 1995: 45)
Perlu diingat bahwa tahap kedua ini
merupakan “jembatan” anatar tahap pertama dan tahap ketiga. Adakalanya untuk
menempuh jembatan itu dapat dilalui dengan mudah, dan adakalanya ditempuh
dengan sukar. Dalam keadan seperti ini pemimpin kelompok harus berhasil membawa
anggota kelompok meniti jembatan itu dengan selamat. Kalau perlu beberapa hal
pokok yang sudah dibahas pada tahap pertama dapat dibahas kembali seperti asas
kerahasiaan, keterbukaan dan seterusnya.
Tahap peralihan dapat dilaksanakan
melalui langkah-langkah:
1) Menjelaskan kegiatan yang akan
ditempuh pada tahap berikutnya. Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota
sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).
2) Mambahas suasana yang terjadi
3) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan
anggota
4) Kalau dipandang perlu, kembali ke
beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan)
C.
Tahap Kegiatan
Tahapan kegiatan merupakan tahap
inti dari proses suatu kelompok dan merupakan kehidupan yang sebenarnya dari
kelompok. Tahapan kegiatan selalu dianggap sebagai tahapan yang selalu
produktif dalam perkembangan kelompok yang bersifat membangun (contructive
nature) dan dengan pencapaian hasil yang baik (achievement of results) selama
tahapan kerja hubungan anggota kelompok lebih bebas dan lebih menyenangkan.
Hubungan antar anggota berkembang dengan baik (saling tukar pengalaman, membuka
diri secara bebas, saling tanggap dan tukar pendapat, dan saling membantu).
Dalam perkembangan kelompok, tahapan
kegiatan merupakan kekuatan therapeutik seperti keterbukaan terhadap diri
sendiri dan orang lain dan munculnya ide-ide baru yang membangun. Apapun yang
menjadi tujuan, suatu kelompok yang sehat akan menampilkan keakraban,
keterbukaan (self disclosure), umpan balik, kerja kelompok, konfrontasi dan
humor. Perilaku-perilaku positif yang dinyatakan dalam hubungan interpersonal
antar anggota akan muncul dalam hubungan sebaya (peer relationships).
Tahap ini sangat menentukan
keberhasilan kegiatan kelompok. Jika tahap sebelumnya berhasil dengan baik,
maka tahap ini akan berlangsung dengan lancar.
Dalam BKp tahap ini diwujudkan dalam
kegiatan-kegiatan :
1. Masing-masing anggota
secara bebas mengemukakan topik bahasan (kelompok
bebas); Pemimpin kelompok mengemukakan suatu topik untuk dibahas oleh kelompok
(kelompok tugas).
2. Menetapkan topik yang akan dibahas
terlebih dahulu (kelompok bebas); Tanyan jawab antara anggota dan pemimpin
kelompok tentang hal-hal yang belum jelas, yang menyangkut topik yang
dikemukakan pemimpin kelompok (kelompok tugas).
3. Anggota membahas topik secara
mendalam dan tuntas.
4. Kegiatan selingan
Dalam KKp tahap ini diwujudkan dalam
kegiatan-kegiatan :
1. Setiap anggota kelompok mengemukakan
masalah pribadi yang perlu mendapat bantuan kelompok untuk pengentasannya.
2. Kelompok memilih masalah mana yang
hendak dibahas dan dientaskan pertama, kedua, ketiga
3. Klien (anggota
kelompok yang masalahnya dibahas) memberikan gambaran yang lebih rinci mengenai
masalah yang dialaminya
4. Seluruh anggota
kelompok aktif membahas masalah klien melalui berbagai cara, seperti :
bertanya, menjelaskan, mengkritisi, memberi contoh, mengemukakan
pengalaman pribadi, menyarankan.
5. Klien setiap kali
diberi kesempatan untuk merespon apa-apa yang ditampilkan oleh rekan-rekan
anggota kelompok.
6. Kegiatan selingan
D.
Tahap Pengakhiran
Tahap
terakhir yang dilalui pada inti kegiatan kelompok adalah tahap pengakhiran.
Ketika kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya
dipusatkan pada pembahasan dan penjelasan tentang apakah para anggota kelompok
akan mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok),
pada kehidupan nyata sehari-hari (Sitti Hartinah, 2009).
Tahap pengakhiran secara keseluruhan
merupakan akhir dari serangkaian pertemuan kelompok. Keseluruhan
pengalaman yang diperoleh anggota selama proses kerja ini memerlukan perhatian
khusus dari pimpinan kelompok, terutama ketika kelompok hendak dibubarkan.
Pembubaran kelompok secara keselruhan idealnya dilakukan setelah tujuan
kelompok tercapai. Tetapi adakalanya terjadi lebih cepat dari yang direncanakan
atau yang disebut pembubaran dini. Sesungguhnya pembubaran kelompok dalam
proses layanan kelompok bimbingan dan konseling adalah proses alamiah yang
harus disadari oleh pimpinan dan anggotaanggotanya, dan mereka diharapkan dapat
mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin untuk menghadapi pembubaran itu.
Oleh karena itu kegiatan utama anggota
kelompok, menjelang kelompok dibubarkan adalah (1) membayangkan kembali
pengalaman mereka selama kerja kelompok berlangsung. (2) memproses kembali
ingatannya. (3) mengevaluasi. (4) mengakui dan mengakomodasikan
perasaan-perasaan anggota kelompok dan mengakomodasikan perasaan-perasaan
anggota yang saling bertentangan dan (5) membantu anggota dalam membuat
keputusannya secara kognitif untuk menghadapi masa depan. Oleh karena itu untuk
mencapai sasaran pembubaran kelompok perlu diperhatikan beberapa hal
diantaranya menyangkut persiapan dampak pembubaran terhadap anggota,
kemungkinan pembubaran dini, prosedur pembubaran, masalah-masalah yang terkait
dengan pembubaran dan hal-hal lain yang menyangkut tindak lanjut.
Sebagai tahap penutup dari kegiatan BKp
dan/atau KKp. Tugas pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Mengemukakan bahwa
kegiatan akan segera diakhiri
b. Pemimpin kelompok
dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
c. Membahas kegiatan
lanjutan
d. Mengemukakan pesan
dan harapan
e. Doa penutup
f. Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap kegiatan konseling
kelompok dapat dilakukan secara tertulis dimana para peserta diminta
mengungkapkan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai
hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan kelompok (yang menyangkut isi
maupun proses) maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa
selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan
kelompok dan hasil-hasilnya melalui pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi
UCA (Understanding Comfort Action) menjadi fokus penilaian hasil-hasil
konseling kelompok. Penilaian dilakukan dalam tiga tahap yaitu penilaian segera
(laiseg) dilakukan pada akhir setiap sesi layanan, penilaian jangka pendek
(laijapen) dan penilaian janka panjang (laijapang).
KEPUSTAKAAN
Prayitno, 1995. Layanan
Bimbingan&Konseling Kelompok (Dasar &Profil) . Cetakan Pertama.
Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sitti Hartinah. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok.
Bandung: PT. Reflika Aditama

Tidak ada komentar:
Posting Komentar